Minggu, 04 Oktober 2020

Tugas pertemuan 3 PTIK

 Nama               : ilham Fadillah

 Nim                 : 12200026

 Kelas               : 12.1B.06


1. Sejarah Revolusi Industri Dari 1.0 hingga 4.0

revolusi industri adalah perubahan besar terhadap cara manusia dalam mengolah sumber daya dan memproduksi barang. Revolusi industri merupakan fenomena yang terjadi antara 1750 – 1850. Saat itu, terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Perubahan tersebut ikut berdampak pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.


Revolusi Industri 1.0

Revolusi Industri yang pertama terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan penemuan mesin uap yang digunakan untuk proses produksi barang. Saat itu, di Inggris, mesin uap digunakan sebagai alat tenun mekanis pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut.

Penggunaan tenaga angin pada alat transportasi pun mulai berkurang semenjak James Watt menemukan mesin uap yang jauh lebih efisien dan murah dibandingkan mesin uap sebelumnya pada 1776. Dengan mesin uap tersebut, kapal dapat berlayar selama 24 jam penuh jika mesin uap tetap didukung dengan kayu dan batu bara yang cukup.


Revolusi Industri 2.0

Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi industri ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Walaupun begitu, masih ada kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah transportasi. 

Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Produksi massal ini tidak lantas membuat proses produksinya memakan waktu yang cepat karena setiap mobil harus dirakit dari awal hingga akhir di titik yang sama oleh seorang perakit mobil. Artinya, untuk merakit banyak mobil, proses perakitan harus dilakukan oleh banyak orang yang merakit mobil dalam waktu yang bersamaan.

Revolusi terjadi dengan terciptanya "lini produksi" atau assembly line yang menggunakan "ban berjalan" atau conveyor belt pada 1913. Hal ini mengakibatkan proses produksi berubah total karena untuk menyelesaikan satu mobil, tidak diperlukan satu orang untuk merakit dari awal hingga akhir. Para perakit mobil dilatih untuk menjadi spesialis yang mengurus satu bagian saja.

Selain itu, para perakit mobil telah melakukan pekerjaannya dengan bantuan alat-alat yang menggunakan tenaga listrik yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga uap.

Revolusi industri kedua ini juga berdampak pada kondisi militer pada perang dunia II. Ribuan tank, pesawat, dan senjata diciptakan dari pabrik-pabrik yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan. Hal ini terjadi karena adanya produksi massal (mass production). Perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri boleh dibilang menjadi komplit.


Revolusi Industri 3.0

Setelah revolusi industri kedua, manusia masih berperan sangat penting dalam proses produksi berbagai macam jenis barang. Tetapi, setelah revolusi industri yang ketiga, manusia tidak lagi memegang peranan penting. Setelah revolusi ini, abad industri pelan-pelan berakhir dan abad informasi dimulai.

Jika revolusi pertama dipicu oleh mesin uap, revolusi kedua dipicu oleh ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga ini dipicu oleh mesin yang dapat bergerak dan berpikir secara otomatis, yaitu komputer dan robot.

Salah satu komputer pertama yang dikembangkan di era perang dunia II sebagai mesin untuk memecahkan kode buatan Nazi Jerman adalah komputer bernama Colossus. Komputer yang dapat diprogram tersebut merupakan mesin raksasa sebesar ruang tidur yang tidak memiliki RAM dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard. Komputer purba tersebut hanya menerima perintah melalui pita kertas yang membutuhkan daya listrik sangat besar, yaitu 8.500 watt.

Namun, kemajuan teknologi komputer berkembang luar biasa pesat setelah perang dunia kedua selesai. Penemuan semikonduktor, transistor, dan kemudian integrated chip (IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan semakin sedikit, serta kemampuan berhitungnya semakin canggih.

Mengecilnya ukuran membuat komputer bisa dipasang di mesin-mesin yang mengoperasikan lini produksi. Komputer pun mulai menggantikan banyak manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi.


Revolusi Industri 4.0

Nah, inilah revolusi industri yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Bahkan, diangkat menjadi salah satu topik dalam Debat Capres 2019. Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih Pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik.

Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem siber-fisik, internet of things (IoT), cloud computing, dan cognitive computing.

Tren ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup. Singkatnya, revolusi industri 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.

Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Contoh terdekatnya, munculnya transportasi dengan sistem ride-sharing seperti Go-Jek dan Grab. Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, dan profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya.

Tidak dapat dipungkiri, berbagai aspek kehidupan manusia akan terus berubah seiring dengan revolusi dan perkembangan teknologi yang terjadi. Memang perubahan seringkali diiringi banyak dampak negatif dan menimbulkan masalah-masalah baru. Namun, perubahan juga selalu bisa membawa masyarakat ke arah yang lebih baik.

Simpulannya, revolusi industri 4.0 bukanlah suatu kejadian yang menakutkan, justru membuka peluang yang semakin luas bagi anak bangsa untuk berkontribusi terhadap perekonomian nasional.



2. Tantangan dan Peluang Revolusi Industri 4.0


Seperti revolusi yang mendahuluinya, Revolusi Industri 4.0 memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat pendapatan global dan meningkatkan kualitas hidup populasi di seluruh dunia. Sampai saat ini, mereka yang telah memperoleh hasil maksimal darinya adalah konsumen yang mampu membeli dan mengakses dunia dan layanan digital.

Teknologi telah memungkinkan produk dan layanan baru yang meningkatkan efisiensi dan kesenangan kehidupan pribadi kita. Memesan taksi, memesan penerbangan, membeli produk, melakukan pembayaran, mendengarkan musik, menonton film, atau bermain game — semua ini sekarang dapat dilakukan dari jarak jauh, bahkan untuk urusan bisnis seperti pembukuan, dengan hadirnya software akuntansi berbasis cloud.

Di masa depan, inovasi teknologi juga akan mengarah pada keajaiban sisi penawaran, dengan keuntungan efisiensi dan produktivitas jangka panjang. Biaya transportasi dan komunikasi akan turun, logistik dan rantai pasokan global akan menjadi lebih efektif, dan biaya perdagangan akan berkurang, yang semuanya akan membuka pasar baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pada saat yang sama, seperti yang ditunjukkan oleh ekonom Erik Brynjolfsson dan Andrew McAfee, revolusi dapat menghasilkan ketimpangan yang lebih besar, khususnya dalam potensinya untuk mengganggu pasar tenaga kerja.

Sebagai pengganti otomatisasi untuk tenaga kerja di seluruh ekonomi, penggantian pekerja oleh mesin dapat memperburuk kesenjangan antara pengembalian modal dan pengembalian tenaga kerja. Di sisi lain, juga dimungkinkan bahwa pemindahan pekerja dengan teknologi akan, secara agregat, menghasilkan peningkatan dalam pekerjaan yang aman dan menguntungkan.



3. Penyebab Utama Terjadinya Tranformasi Digital


digital transformation yang sering digembar-gemborkan oleh pelaku bisnis terutama dari tech start up kekinian beberapa tahun belakangan ini. Sejumlah tech start up tersebut pun sering disebut sebagai agen perubahan. Tidak hanya pelaku bisnis atau organisasi saja yang merasakan perubahan ini, tetapi juga masyarakat awam sebagai pengguna layanan.

Jika diterjemahkan secara harfiah digital transformation artinya adalah perubahan ke arah digital. Tentu saja dari terjemahan alakadarnya ini hanya bisa memberikan sedikit penjelasan. Karena penerapan digital transformation akan tampak berbeda dalam setiap bisnis, agak susah menentukan definisi yang pasti dari digital transformation. Secara umum digital transformation dapat diartikan sebagai integrasi teknologi digital ke semua area bisnis yang menyebabkan perubahan yang fundamental bagaimana suatu bisnis beroperasi dan bagaimana bisnis tersebut memberikan sebuah nilai bagi pengguna produk, konsumen, atau pun publik. Selain itu, digital transformation merupakan sebuah perubahan kultural yang menuntut suatu organisasi (baik itu swasta maupun pemerintah) untuk keluar dari status quo, sering bereksperimen , serta terbiasa dengan kegagalan. Proses perubahan ini terkadang memaksa organisasi untuk menyingkat proses bisnis yang panjang menjadi singkat dan secepat mungkin.

Perubahan yang datang ini tentu saja tak bisa dihindari. Alasan mengapa banyak organisasi maupun bisnis yang seakan-akan latah untuk ikut dalam arus transformasi digital ini adalah karena mereka harus bertahan hidup. Lihat saja bagaimana toko-toko fisik mulai sepi pengunjung karena pengaruh e-commerce. Tak hanya toko-toko kecil saja, perusahaan yang sudah tumbuh besar saja merasa terancam oleh kehadiran start up baru yang berjiwa digital. Tengok saja beberapa tahun lalu perusahaan taksi nasional sempat ‘berseteru’ dengan  jasa transportasi daring online.



4. Berjalannya Suatu Digital Ekonomi Pada Industri


Ekonomi Digital

Kini, Indonesia sedang menghadapi era Revolusi Industri 4.0 atau disruptive technology.  Revolusi Industri 4.0 melahirkan ekonomi digital. Bukti paling mencolok adalah digitalisasi. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan bahwa digitalisasi telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Digitalisasi membuka lapangan kerja baru yang belum pernah ada. Digitalisasi juga bisa meningkatkan produktifitas usaha karena  penggunaan data lebih efisien.

Perlu diketahui bahwa salah satu tanda digitalisasi adalah berlakunya vertical networkingDi mana, jaringan tidak lagi memiliki sekat-sekat atau hirarki. Serta, diikuti horizontal integration yang mengutamakan output, inovasi inheren dan melahirkan fenomena baru. Juga, muncul konsep sharing economyInternet of Things, e-commerce, finansial technology, Artificial Intelligence dalam berbagai lini kehidupan.

Hal yang paling dirasakan dengan adanya digitalisasi adalah lahirnya ekonomi digital yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai informasi, konsep ekonomi digital pertama kali diperkenalkan oleh Don Tapscott (The Digital Economy, 1995). Mempunyai rmakna keadaan sosiopolitik dan sistem ekonomi yang mempunyai karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses instrumen, kapasitas, dan pemesanan informasi. Ekonomi digital yang melakukan transaksinya dalam dunia maya sangat cocok dengan apa yang dikatakan oleh Don Tapscott tersebut.

Berdasarkan hasil riset McKinsey Global Institute yang dirilis pada November 2014, ada 5 (lima) teknologi (disruptive technology) yang berpengaruh terhadap  pertumbuhan ekonomi digital. Serta, mampu merubah kondisi sosial di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia, yaitu: Mobile Internet, Big Data, Internet of Things (IoT), Automation of Knowledge dan Cloud Technology.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ekonomi digital Indonesia makin bersinar karena faktor koneksi internet. Dan, didukung perkembangan pengguna perangkat digital. Berdasarkan survei tahun 2018 dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melansir bahwa pada tahun 2019 jumlah pengguna internet Indonesia sebanyak 171,17 juta jiwa (64,8%) dari total penduduk Indonesia sebanyak 264,16 juta jiwa. Jumlah pengguna internet tersebut menjadi modal besar perkembangan ekonomi digital.

Apalagi, saat kunjungan ke Silicon Valley di Amerika Serikat tahun 2017 lalu, Bapak Presiden Jokowi menegaskan pada tahun 2020 Indonesia harus menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, keinginan tersebut perlu didukung pemanfaatan teknologi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia. SDM Indonesia harus memahami pengetahuan era Revolusi Industri 4.0 seperti Artificial Intellegence (AI), Virtual Reality, dan Big Data Analysis.

Senada apa yang diyakini oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat menemani kunjungan Bapak Presiden Jokowi ke Silicon Valley, Amerika Serikat tahun 2017. Saat ditanya tentang perkembangan ekonomi digital oleh petinggi-petinggi perusahaan modal ventura, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara tanpa pikir panjang menyebut bakal ada lima unicorn di Indonesia pada tahun 2019. 



Sumber Tulisan :

1. https://www.wartaekonomi.co.id/read226785/mengenal-revolusi-industri-dari-10-hingga-40

2. https://accurate.id/bisnis-ukm/revolusi-industri-4-0-pada-bisnis/

3. https://inixindojogja.co.id/transformasi-digital-penyebab-kepunahan/

4. https://writing-contest.bisnis.com/read/20191201/557/1175975/membangun-ekonomi-digital-sebagai-prime-mover-ekonomi-indonesia-era-revolusi-industri-4.0


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Administrasi Jaringan. Konfigurasi Legancy - VLAN Routing

Nama     : Ilham Fadillah Kelas     : 12.B5.06 Nim        : 12200026 TUGAS ADMINISTRASI JARINGAN Soal. 1. Konfigurasi Legancy Inter - VLAN R...